Bereksperimen dengan Panjang Fokus Potret – 24 mm vs 85 mm
Ketika memotret, panjang fokus lensa Anda berpengaruh besar pada hasil akhir. Kita sering mendengar pembahasan tentang lensa 85 mm, 100 mm, dan 70-200 mm karena panjang fokus ini paling banyak digunakan untuk fotografi potret “tradisional”. Namun, sebenarnya tidak ada jawaban benar atau salah tentang lensa terbaik untuk pemotretan. Hal itu bergantung sepenuhnya pada gaya dan hasil yang Anda inginkan. Dalam artikel ini, kita akan membahas cara menggunakan panjang fokus yang tidak biasa: 24 mm, untuk pengambilan potret yang efektif. Kita akan membandingkannya dengan penggunaan panjang fokus 85 mm yang lebih tradisional, melihat situasi yang lebih sesuai bagi masing-masing, dan membahas situasi terbaik untuk menggunakan salah satu panjang fokus dan menjelaskan alasannya
Waktu ‘Menyimpan’ Lensa 24 mm untuk Potret
Lensa 24 mm memiliki panjang fokus yang bagus untuk diterapkan dalam mengambil foto potret. Namun, mari kita bahas saat-saat saya MENGHINDARI mengambil headshot menggunakan lensa 24 mm. Alasannya adalah karena lensa 24 mm cukup lebar (khususnya pada kamera full-frame). Karenanya, lensa ini memiliki distorsi perspektif seperti lensa lebar lainnya. Yang paling kentara, lensa ini mendramatisasi jarak, membuat objek dekat terlihat lebih besar dari ukuran sesungguhnya, dan objek jauh terlihat lebih kecil. Dramatisasi ini makin terlihat seiring makin dekatnya jarak Anda dengan subjek, dan saat ingin mengambil foto headshot close-up, lensa ini bisa mendistorsi wajah yang tertangkap kamera. Distorsi ini tidak indah dan memberikan sedikit efek cermin cembung pada wajah. Biasanya klien tidak menginginkan itu!
Sebagai pembanding, lensa 85 mm dengan jarak fokus lebih panjang memberikan efek sebaliknya. Bukannya memberi distorsi, lensa ini meminimalisasinya. Efek ini lebih bagus untuk wajah manusia. Foto headshot Anda menjadi lebih nyata. Itulah sebabnya saya lebih sering mengambil headshot menggunakan lensa 85 mm yang lebih panjang.
Mari kita demonstrasikan dengan melihat gambar-gambar di bawah ini. Kita bisa lihat dengan jelas perbedaan antara kedua lensa; hasil dari lensa 24 mm terlihat terdistorsi sedangkan hasil lensa 85 mm terlihat lebih memuaskan. Karena alasan ini, saya menghindari menggunakan lensa 24 mm untuk foto headshot.
Pada gambar di atas, lensa 24 mm mendramatisasi jarak, dan hal itu kurang bagus untuk foto wajah manusia. Sebagai pembanding, gambar di bawahnya menggunakan lensa 85 mm yang membuat subjek tampak rata, dan secara umum fitur ini bagus untuk headshot (foto wajah manusia).
Manfaat Lensa 24 mm untuk Potret
Setelah mengetahui kapan kita perlu menghindari lensa 24 mm, saatnya untuk mengetahui kapan kita perlu menggunakannya. Lensa 24 mm cocok digunakan untuk memotret lingkungan, yaitu ketika Anda ingin memotret subjek dalam konteks lebih luas dengan menampilkan lingkungannya. Hal ini berkebalikan dengan pemotretan close up dan tubuh bagian atas yang biasanya membuat kita ingin menyamarkan seluruh lingkungan dengan kedalaman bidang yang dangkal dan komposisi yang rapat. Potret lingkungan hendak menceritakan subjek, dan lingkungan dapat menciptakan konteks tentang identitas dan aktivitas subjek, serta biasanya memberi lebih banyak gambaran dibandingkan potret standar tubuh bagian atas.
Setiap ingin bercerita melalui potret lingkungan, saya hampir selalu menggunakan lensa 24 mm. Panjang fokusnya yang lebar memungkinkan saya untuk mundur dan memperhatikan bidang pandang yang lebih luas. Lensa ini cocok untuk menangkap adegan tempat model atau subjek Anda berada.
Lensa 24 mm juga cocok untuk memotret seluruh tubuh subjek di tempat sempit ketika Anda tidak dapat menggunakan fokus yang panjang karena keterbatasan ruang. Hal ini biasa terjadi di tempat yang terbatas, seperti gereja, arena dalam ruang, bahkan studio foto.
Mari melihat beberapa foto yang saya potret dengan lensa 24 mm.
Jika saya mencoba mengambil foto di atas menggunakan 85 mm, saya tidak akan memiliki cukup ruang untuk bergerak mundur agar dapat mencakup seluruh badan pasangan termasuk jembatannya. Jadi, saya menggunakan Sony 24 mm F1.4 GM (pada Sony Alpha 7 III) untuk mengambil foto ini. Lensa ini membuat saya dapat menjangkau area luas sehingga saya dapat mencakup pasangan serta jembatannya. Dan karena saya mengambil jarak antara saya dengan subjek, tidak ada masalah distorsi yang kita lihat pada contoh headshot close-up sebelumnya.
Mari kita lihat contoh lainnya. Kali ini, tentang beberapa posisi berbeda dalam mengambil foto. Dalam kasus ini, kita akan melihat foto sebadan penuh, dan foto separuh badan. Pada gambar pertama di bawah ini, saya mundur hingga punggung saya menyentuh dinding, dan sudah tidak bisa melangkah mundur lagi. Saya ingin menangkap lebih banyak latar belakang dan panjang fokus lainnya tidak cukup luas untuk menangkap foto seperti yang saya bayangkan. Lensa 24 mm ini membuat saya dapat menangkap latar belakang cantik, serta foto sebadan penuh tanpa ada distorsi pada si pasangan dalam foto.
Di bawah ini adalah pose yang sama, tetapi saya memposisikan diri lebih dekat untuk mengambil foto separuh badan. Dengan begini, saya dapat menampilkan latar belakang, tetapi porsi pasangan tetap masih lebih besar dalam frame. Perhatikan bahwa komposisi ini tetap memberi garis batas yang apik antara subjek dengan latar belakang. Oleh karena itu, apertur cepat tetap dapat berguna pada lensa lebar.
Sementara panjang fokus 85 mm memiliki keterbatasannya, panjang fokus 24 mm memungkinkan Anda membebaskan kreativitas dalam memainkan perspektif kamera. Untuk mengambil gambar di bawah ini, saya berdiri di sebuah tumpuan dan mengarahkan kamera di atas sepasang model untuk mendapatkan perspektif yang lebih unik. Jika menggunakan lensa 85 mm, saya perlu menggunakan tangga khusus atau perlengkapan lainnya!
Foto di bawah adalah close up yang dipotret dengan lensa 24 mm. Jarak ini sudah cukup dekat sehingga saya harus berhati-hati dengan kemungkinan distorsi yang sudah kita bahas di awal, tetapi dalam contoh ini tidak begitu mengganggu. Dengan mengatur posisi dan sudut secara cermat, efek ini dapat dikurangi (walaupun tetap ada). Kemampuan ini perlu dilatihkan agar Anda dapat langsung mempraktikkannya ketika memotret.
Kapan Lensa 85 mm Paling Cocok Digunakan?
Kita sudah membahas lensa 24 mm. Sekarang, mari kita bahas saat lensa 85 mm yang lebih tradisional bisa jadi pilihan yang tepat. Saya suka menggunakan lensa 85 mm saat mengambil foto dari jarak dekat, atau saat ingin menangkap kedalaman bidang yang sangat dangkal. Ini karena panjang fokus yang lebih panjang akan memberikan kedalaman bidang yang lebih luas. Jadi, lensa 85 mm akan selalu lebih cocok untuk menangkap keindahan latar belakang yang blur dibandingkan dengan hasil dari lensa 24 mm. Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, lensa 85 mm juga memberikan sudut pandang yang lebih nyata untuk foto wajah manusia saat mengambil foto dari jarak dekat, karena ada kompresi panjang jarak fokus.
Gambar di bawah ini diambil di taman setempat. Latar belakangnya dipenuhi cukup banyak elemen yang mengacaukan perhatian, tetapi mengambil gambar dengan apertur F1.4 pada lensa 85 mm membuat saya dapat memburamkan elemen-elemen mengganggu tersebut, sambil menjaga fokus pada subjek dan menghasilkan latar bokeh yang bercita rasa seni.
Anda juga dapat menggunakan lensa 85 mm untuk pemotretan seluruh tubuh dengan cara yang sama seperti yang mungkin Anda lakukan ketika menggunakan lensa 24 mm, tetapi Anda harus mundur lebih jauh untuk melakukannya. Dalam contoh ini, saya berada di seberang kolam dari model karena saya ingin menangkap air di latar depan. Lensa 24 mm terlalu lebar dalam situasi seperti ini karena model itu harus berada sangat jauh! Lensa 85 mm memberi saya jangkauan yang cukup untuk menampilkan lingkungan dan seluruh tubuh subjek sambil menghasilkan sedikit efek bokeh di latar belakang.
Pada foto berikut, saya memang menginginkan latar belakang yang kabur, maka saya harus dekat dengan subjek. Namun, saya juga ingin mengambil foto seluruh tubuh sehingga harus berhati-hati mengatur jarak untuk mencapai kedua-duanya. Jika diperhatikan, banyak potret seluruh tubuh dengan lensa 85 mm menampilkan subjek yang duduk atau dalam posisi selain berdiri. Dengan begitu, tinggi subjek akan berkurang sehingga fotografer dapat sedikit lebih dekat demi memenuhi bingkai dan memaksimalkan efek bokeh. Cobalah beberapa pose yang terasa lebih alamiah dengan bantuan anggota keluarga untuk mendapat gambaran tentang pose dengan posisi ini. Tips lebih lanjut tentang hal ini dapat dibaca di artikel saya tentang teknis pengaturan pose.
Saat membahas lensa 24 mm, kita menengok foto setengah badan sepasang kekasih. Saat itu, latar belakang sedikit blur, tetapi masih cukup terlihat karena lensa 24 mm hanya mampu memberikan sedikit efek bokeh akibat sudutnya yang lebar. Di bawah ini adalah contoh foto setengah badan menggunakan lensa 85 mm - perhatikan, latar belakangnya nyaris blur sempurna. Jauh berbeda dengan hasil dari lensa 24 mm. Tentunya, untuk mendapatkan framing ini menggunakan lensa 85 mm, saya harus mengambil jarak lebih jauh dari subjek jika dibandingkan dengan saat menggunakan lensa 24 mm. Intinya adalah, meski bebas memilih posisi untuk mendapatkan framing tertentu, lensa-lensa ini tetap akan memberikan hasil yang sangat berbeda! Tidak ada yang lebih unggul dari satu sama lain, hanya masalah gaya untuk pekerjaan yang sedang ditangani.
Contoh yang menunjukkan dengan jelas keunggulan lensa 85 mm daripada lensa 24 mm adalah ketika mengambil potret tubuh bagian atas di studio. Warna polos yang biasa digunakan sebagai latar belakang studio cenderung menonjolkan subjek di depannya sehingga dengan sendirinya sesuai untuk lensa 85 mm. Selain itu, pemotretan di studio sering menggunakan setelan cahaya dan lampu kilat yang rumit sehingga akan lebih mudah dikelola jika Anda hanya berkonsentrasi pada pengaruh cahaya itu pada tubuh bagian atas seorang model daripada seluruh tubuhnya. Berikut foto yang dipotret dengan lensa 85 mm di studio menggunakan sudut pandang yang tepat untuk menampilkan wajah model dan menghindari distorsi.
Mengambil foto potret bisa jadi merupakan gaya fotografi yang paling memuaskan, apalagi jika Anda senang bekerja bersama orang. Meski ada banyak metode yang sudah tepercaya, menggunakan panjang fokus yang tidak biasa seperti lensa 24 mm ini dapat membuka lebih banyak ruang bagi kreativitas dan eksperimen, jadi hasil akhir foto potret Anda lebih mencolok dari foto potret biasa. Di sisi lain, 85 mm juga memiliki banyak keuntungan dan tentunya ada alasan tersendiri lensa ini jadi andalan. Jika menguasai kedua gaya, Anda akan merasakan pengalaman memotret yang berbeda dan berharga!
Artikel ini diterbitkan pertama kali di https://scene.sonyanz.com/
Tentang Fotografer – Hanna Saba
Hanna Saba adalah fotografer penuh semangat yang berbasis di Sydney, Australia. Dia mahir dalam beragam kategori fotografi: Pernikahan, Pembaptisan, Acara Istimewa, Potret Diri, dan Pemandangan. Dia mengelola beragam komunitas online yang berkembang pesat. Media inilah yang menjadi tempat untuk berbagi aneka konten kepada lebih dari 150.000 anggota dengan pengikutnya yang terus bertambah di media sosial. Bersama grup Facebook Sony Alpha Sydney yang dikelolanya, dia mengajak para anggota mengikuti lokakarya dan berjalan-jalan sambil memotret. Dia juga seorang Kreator Konten YouTube dan kontributor ulasan alat. Dia bekerja sama dengan Godox, MagMod, dan lain-lain. Baru-baru ini, Hanna menjadi Duta untuk tas Tenba Australia, Benro Australia, Spider Holster, dan Sony Digital Imaging Advocate.